keluarga berencana

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Keluarga Berencana (KB)
a. Pengertian KB
Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO) Expert Commite (1970) dalam Suratun dkk (2008) adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami untuk:
1) Mendapatkan objektif-objektif tertentu
2) Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan
3) Mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan
4) Mengatur interval diantara kehamilan
5) Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan suami istri
6) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
KB menurut Undang-undang (UU) No. 52 tahun 2009 pasal 1 (8) dalam Arum dan Sujiatini (2009) tentang perkembangan dan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtra adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujutkan keluarga yang berkualitas.
b. Pengertian Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) Suratun dkk (2008) Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal antara lain:
1) Dapat dipercaya
2) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
3) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5) Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
6) Mudah pelaksanaannya
7) Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8) Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan alat/obat, atau dengan operasi (Wiknjosastro, 2006).
Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia subur secara rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti:
1) Masa menunda kehamilan
2) Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan
3) Masa mengkhiri kesuburan atau tidak hamil lagi.
c. Pengertian Akseptor KB
Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang salah seorang dari padanya menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi dengan tujuan untuk pencegahan kehamilan baik melalui program maupun non program Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) dalam Setiawan dan Saryono (2010) Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti dan melaksanakan program keluarga berencana.
d. Jenis- Jenis Akseptor KB
Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB sebagai berikut
1) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau kelahiran.
2) Akseptor KB lama
Akseptor KB lama adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang melakukan kunjungan ulang termasuk pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi kemudian pindah atau ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka yang pindah klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara (alat) yang berbeda.
3) Akseptor KB aktif
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada saat ini masih menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi.

4) Akseptor KB aktif kembali
Perserta KB aktif kembali adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang telah berhenti menggunakan selam tiga blan atau lebih yang tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti atau istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

2. Alat Kontrasepsi
a. Jenis-Jenis Kontrasepsi
Menurut Saifiddin (2008) dan (Hartanto 2002).
1) Metode Sederhana (Tanpa alat)
a) Jenis (KB alamiah)
(1) Metode kelender
(2) Metode suhu badan basal (Thermal)
(3) Metode lender serviks (Billings)
2) Senggama terputus (Coitus interuptus) dengan alat
a) Jenis Barrier
(1) Kondom
(2) Diafragma
(3) Kimiawi : Spermisid vaginal
3) Metode moderen (Kontrasepsi hormonal)
a) Peroral
(1) Mini pil
(2) Pil Oral Kombinasi (POK)
b) Sub kutis/Kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
(1) Norplant
(2) Implanon
(3) Jedena dan indoplant
c) Intra uteri devices (IUD)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
4) Kontrasepsi mantap
a) MOW (Medis Operatif Wanita)
b) MOP (Medis Operatif Pria).
b. Jenis Kontrasepsi Suntik
Saifuddin (2008; h. MK-34); Hartanto (2002; h. 165); Handayani (2010; h. 107) menyatakan jenis kontrasepsi suntikan dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1) Kontrasepsi Suntikan Kombinasi (Estrogen dan Progesteron)
a) Depo Medroksiprogesteron Asetat 25 mg dan Estradiol Sipionat 5 mg yang diberikan secara injeksi intramuscular (IM) sebulan sekali.
b) Noretindron Enantat 50 mg dan Estradiol Valerat 5 mg yang diberikan secara intramuscular (IM) sebulan sekali.
2) Kontrasepsi Suntikan Progestin
a) Depo Medroksiprogesteron (Depoprovera) mengandung 150 mg DMPA diberikan 3 bulan sekali dengan cara disuntikan intramuscular (IM).
b) Depo Noretisteron Enatat (Depo Noristerat) mengandung 200 mg Noretindron Enantat diberikan setiap 2 bulan dengan cara untikan intramuscular (IM).

3. Kontrasepsi Suntik DMPA
a. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi suntik Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) adalah kontrasepsi hormonal yang berisi komponen progesterone yang diberi secara intramuscular (IM) pada muskulus gluterus maximus (bokong) dalam jangka waktu 12 minggu, mengandung 150 mg (Saifuddin, 2008; h. MK-34)
Saifuddin (2008; h.MK-34) dan Hartanto (2002; h. 165) menyatakan farmakologi dari Depo Medroxy progesterone Asetat (DMPA) adalah:
1) Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) tersedia dalam larutan mikrokristaline atau cair.
2) Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan selanjutnya menurun kembali.
3) Ovulasi mungkin sudah timbul setelah 73 hari penyuntikan tetapi umumnya ovulasi baru timbuk kembali 4 bulan atau lebih.
4) Pada pemakaian jangka lama tidak terjadi efek komulatif dari DMPA dalam darah.


b. Mekanisme Kerja Kontrasepsi
Cara kerja kontrasepsi suntikan progestin Saifuddin (2008; h. MK-34); Hartanto (2002; h. 166); Handayani (2010; h.107) adalah Menghalangi pengeluaran Follicle Stilating hormone (FSH) dan Luteinising Hormone (LH) sehingga tidak terjadi perlepasan ovum untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan Releasing Hormone (RH) faktor dari hipotalamus, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, perubahan pada endonetrium (atrofi) sehingga imlantasi terganggu, menghambat transpor gamet oleh tuba.
c. Efektifitas Kontrasepsi
Kontasepsi suntik DMPA memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan pertahun, asalkan penyuntikannya dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan (Saifuddin, 2008; h. MK-34).
d. Keuntungan Kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2008; h. MK-34) dan Handayani (2010; h. 107) keuntungan KB suntik DMPA antara lain sangat efektif, mencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak menggandung esrtogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh >35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kangker endomertrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul, menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cel).
e. Kerugian kontrasepsi
Kerugian kontrasepsi antara lain sering ditemukannya gangguan haid seperti siklus haid memendek atau memenjang; perdarahan yang banyak atau sedikit; perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting); bahkan tidak haid sama sekali (amenorchea), klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan, tidak dapat disuntikan sewaktu- waktu sebelum suntikan berikutnya, permasalahan berat badan, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pamakaian, pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi lipit serum, menurunkan kepadatan tulang (dentis), kekeringan pada vagina, pemberian harus dilakukan oleh orang yang profesional, menimbulkan rasa sakit akibat penyuntikan, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, dan jerawat (Saifuddin, 2008; h. MK-34; Hartanto, 2002; h. 168)
f. Indikasi Kontrasepsi
Menurut Saifuddi (2008; h. MK-35); Hartanto (2002; h. 169); Handayani (2010; h.108) indikasi pemakaian KB sintik DMPA antara lain perempuan usia reproduksi, perempuan nulipara dan perempuan yang telah memiliki anak, perempuan yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi, perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi, perempuan setelah melahirkan dan tidak menyusui, perempuan setelah abortus dan keguguran, perempuan yang telah banyak anak tetapi tidak menghendaki tubektomi, perempuan perokok, perempuan yang sering lupa menggunakan kontrasepsi pil, perempuan yang tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
g. Kontraindikasi kontrasepsi
Kontraindikasinya antara lain perempuan hamil atau dicurugai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahira), perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, perempuan yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorchea, perempuan dengan diabetes melitus disertai komplikasi, penyakit hati aktif (tumor hati, ikterus) dan hipertensi (Saifuddin, 2008; h. MK-35; Hartanto; 2002; h. 169)
h. Waktu Penggunaan Kontrasepsi
Saifuddin (2008; h. MK-36) menyatakan kontrasepsi suntik DMPA mulai dapat diberikan pada saat :
1) Setiap saat selama siklus haid selama perempuan tidak hamil
2) Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
3) Pada perempuan yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan perempuan tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
4) Perempuan yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantikan dengan kontrasepsi hormonal.
5) Pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui. Jangan diberikan suntikan kombinasi.
6) Pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberikan.
i. Efek samping Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2002; h. 169) dan Handayani (2010; h.108) berupa gangguan haid, perubahan berat badan, pusing dan sakit kepala, keputihan, jerawat, mual dan muntah, rambut rontok, perubahan libido, tekanan darah meningkat, depresi, hematom, infeksi dan abses sebagai akibat pemakaian jarum suntik yang tidak steril.

4. Penanganan Efek Samping Kontrasepsi Suntik
Menurut Hartanto (2004; h. 168); saifuddin (2008; h. MK-46) dan Handayani (2010; h.114) penagganan efek samping yang sering terjadi pada kontrasepsi suntik:
a. Gangguan haid
Gangguan haid adalah gangguan pola haid.
1) Gejala atau Keluhan
a) Tidak mengalami haid (Amenorchae).
b) Perdarahan dsiluar siklus haid.
c) Perdaran haid yanglebih lama atau lebih banyak dari biasanya.


2) Penyebab
Karena tidak adanya ketidak seimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan hiostologi keadaan amenore disebabkan atropi endometrium.
3) Penanggulangan dan pengobatan
a) KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)
(1) Jelaskan sebab terjadinya.
(2) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka penyesuaian diri bersifat sementara dan individual.
(3) Motivasi agar tetap memakai suntikan.
b) Tindakan medis
(1) Amenorchea
Amenorchea adalah tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB selama tiga bulan berturut-turut (Handayani. 2010; h. 104).
Pastikan hal ini bukan karna kehamilan, beberapa wanita melihat hal ini sebagai suatu keuntungan dan tidak berbahaya. Beri motifasi bahwa hal ini bukan suatu yang abnormal dan bisa terjadi pada KB suntikan pada 2-3 bulan pertama.
Bila klien memaksa ingin haid (biasanya dengan alasan psikis) dapat diberikan:
PIL KB 3x1 tablet dari hari pertama 1-3, 1x1 tablet mulai hari IV selain 4-5 hari biasanya setelah itu akan terjadi haid.
Bila terbukti (melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium) penggunaan suntikan KB segera dihentikan.
(2) Spotting
Spotting atau metroragia adalah perdarahan bercak atau menetes yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik, bila ringan atau tidak terlalu merganggu tidak perlu diberi obat.
Bila cukup mengganggu dapat diberikan :
Pil KB 2-1 tablet perhari selama 7 hari, sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti, dosis diturunkan menjadi 1x1 tablet sehari untuk beberapa hari kemudian dihentikan sama sekali.
(3) Metroraghia
Metroraghia adalah perdarahan yang belebihan di luar siklus haid, gangguan pola haih Metroraghia disebabkan oleh kadar estrogen dan progesterone yang tidak sesuai dengan kondisi dinding uterus (endomertium) untuk mengatur volume darah mentruasi dan dapat disebabkan oleh kelainan organik atau kelainan fungsional. Jika klien mengeluh tidak nyaman maka dapat diberikan ferosus 1x1 tablet (5-7 hari) sampai keadaan membaik.Cukup diberi tablet sulfas (Handayani. 2010; h. 104).



(4) Menometorhagie
Menometorhagie adalah datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid.
Memberikan penjelasan kepada calon akseptor suntik dengan baik bahwa pemakaian suntikan dapat menyebabkan gejala-gejala diatas. Biasanya gejala-gejala perdarahan tidak berlangsung lama karena pengaruh dari hormon progestero. Dapat diberikan prepoarat estrogen misalnya Lynoral 2x1 sehari sampai perdarahan berhenti
(Handayani. 2010; h. 105).
b. Perubahan berat badan
1) Gejala
(a) Berat badan bertambah atau naik
Kenaikan berat badan rata- rata untuk setiap tahun berfariasi antara 1- 5 kg dalam tahun pertama.
(b) Berat badan berkurang atau turun
Selain berat badan naik beberapa akseptor KB juga mengalami penuruna berat badan.
2) Penyebab
Belum teralu jelas terjadiya kenaikan berat badan kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak sehingga lemak dibawah kulit semakin bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktifitas fisik. Akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah.
3) Penanggulangan dan pengobatan
(a) Berat badan meningkat
Bila kenaikan derat badan ini tidak mengganggu, tidak perlu diberikan obat apapun dan pastian bahwa penambahan berat badan bukan karena kehamilan. Anjurkan klien untuk diet rendah kalori dan olahraga yang profesiona.
Bila cara tersebut tidak dapat menoong dan bert badan terus bertambah, suntikan dihentikan dan ganti cara kontrasepsi lain non hormonal (misal : AKDR).
(b) Berat badan menurun
Bila penurunan berat badan ini tidak mengganggu tidak perlu diberi obat apapun pastikan bahwa penurunan berat badan ini bukan karena penyakit kronis (seperti kangker, TBC) (Depkes RI. 1990; h. 50)
c. Sakit kepala
1) Gejala
Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang amat sangat.




2) Penyebab
a) Belum ada kesepakatan dikalangan para ahli tentang penyebab.
b) Hal ini biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap Progesteron.
3) Penanggulangan dan pengobatan
a) KIE
(a) Jelaskan sebab terjadinya
(b) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu.
(c) Beri motifasi agar tetap memakai suntikan.
b) Tindakan medis
(a) Pastikan tekanan darah normal
(b) Berikan pengobatan sistematis
Sakit kepala : antalgin 3 x 500 mg per hari selama 3-5 hari, paracetamol 3 x 500 mg per hari selama 3-5 hari, asam afenamat 3 x 250- 500 mg kapsul per hari selama 3-5 hari.
Bila pemberian obat tidak menolong dan keadaan bertambah berat hentikan pemakaian suntikan dan ganti dengan car kontrasepsi non hormonal (Handayani, 2010;h. 104-117).
d. Mual dan Muntah
1) Gejala
Rasa mual sampai mutah seperti hamil muda, terjai pada bulan pertama pemakaian suntikan.

2) Penyebab
Kemungkinan karena reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang mempengaruhi produksi asam lambung.
3) Penanggulangan dan pengobatan
a) KIE
(1) Jelaskan sebab terjadinya.
(2) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu, biasanya tubuh akan menyesuaikan diri setelah 2-3 bulan dan rasa mual akan hilang dengan sendirinya.
b) Tindakan medis
(1) Pastikan mual dan muntah bukan karena kehamilan (pemeriksaan fisik dan laboratorium).
(2) Bila mengganggu berikan mrtoklopramid 3 x 10 mg 15 menit sebelum makam per hari selama 5- 7 hari.
(3) Makan secara teratur, usahakan lambung tidak terlalu kosong.
Bila dalam waktu 3 bukan gejala menetap atau bertambah berat hentikan pemakaian suntikan dan ganti dengan kontrasepsi non hormonal (Handayani. 2010; h. 104-117).
e. Keputihan
1) Gejala
Keluarnya cairan berwarn putih dari dalm vagina atau adanya cairan putih dimulut vagina.


2) Penyebab
Oleh karena efek progesteron merubah flora vagina sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan dan gatal2.
3) Penanggulangan dan pengobatan
a) KIE
(1) Jelaskan sebat terjadinya.
(2) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu.
(3) Menjaga kebersihan daerah kemaluan (berganti celan dalam dan menggunakan pembalut yang cocok).
(4) Motivasi agar tetap memakai suntikan.
b) Tindakan medis
(1) Diberikan preparat antimycotics melalui oral dan atau melalui vagina (misalnya albothyl) (Handayani, 2010; h. 105)
f. Jerawat
1) Gejala
Timbul gejala pada wajah setelah memekai KB suntik.
2) Penyebab
Progestinnya, terutama 19 norprogestin menyebabkan peningkatan kadar lemak.




3) Penanggulangan dan pengobatan
a) KIE
(1) Jelaskan penyebab terjadinya.
(2) Mengurangi makanan yang berlemak (kacang, susu, kunin telur).
(3) Menjaga kebersihan wajah dengan membersihkan wakjah 2 x sehari dengan pembersihan muka.
(4) Menghindari pemakaian kosmetik yang berlebihan.
b) Tindakan medis
(1) Bila tidak mengganggu cukup dengan membersihkan wajah.
(2) Pemberian vitamin A dan vitamin E dosis tinggi. Bila terlihat infeksi, tetrasiklin 3- 4 x 1 kapsul 250 mg selama 1- 2 minggu.
Bila jerawat menetap dan bertambah banyak, ganti cara kontrasepsi non hormonal. (Depkes RI1990; h. 49).
g. Rambut rontok
1) Gejala
Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau bisa sampai sesudah perhentian suntikan.
2) Penyebab
Progesteron terutama 19 nonprogestin dapat mempengaruhi folikel rambut sehingga timbul kerontokan rambut.


3) Penanggulangan dan pengobatan
a) KIE
(1) Jelaskan sebab terjadinya.
(2) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu akan kembali normal tampa pengobatan sehingga suntikan dihentikan.
(3) Bila klien tidak dapat mentolerir gejala ini anjurkan untuk ganti cara kontrasepsi non hormonal.
b) Tindakan medis
Dalam hal ini tidak diperlukan (Suratun, 2008).
h. Tekanan darah meningkat
Kenaikan tekanan darah <180/110 mmHg dapat diberikan tetapi masih dalam tahap pengawasan dan merupakan perbandingan antara hasil pengukuran sebelum dan sesudah pemakaian alat kontrasepsi suntik, jika tampa pengawasan khusus maka anjurkan pada akseptor untuk ganti cara lain yang lebih aman tanpa hormone.
i. Perubahan libido
1) Gejala
Terjadinya penurunan atau peningkatan dorongan seksual
2) Penyebab
Penurunan libido terjadi karena efek progesteron terutama yang berisi 19 nonstestoroid menyebabkan keadaan vagina kering. Namun demikian factor psikis juga berpengaruh dalam hal ini.


3) Penanggulangan dan pengobatan
a) KIE
(1) Jelaskan sebab terjadinya
(2) Jelaskan babwa gejala ini bersifat sementara dan individu bila terjadi penurunan libido selama masih bisa ditolerir oleh klien, beri motifasi supaya tetap memakai suntikan. Bila penurunan libido ini menggangu keharmonisan rumah tangga dianjurkan untuk ganti cara kontrasepsi non hormonal.
b) Tindakan medis
Bila gangguan libido tidak dapat diterma oleh klien ganti cara kontrasepsi non hormonal (Depkes RI. 1990; h. 51).
j. Depresi
1) Gejala
Perasaan lesu (letergis) tidak bersemangat dalam kerja atau melakukan atifitas.
2) Penyebab
a) Diperkirakan dengan adanya hormone progesterone yang berisi 19 nonsteroid menyebabkan kurang vitamin B6 (Pyridoxin) didalam tubuh.
b) Adanya retensi garam




3) Penanggulangan dan pengobatan
(1) KIE
(a) Jelaskan sebab terjadinya
(b) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan ini bersifat sementara dan individu beri motivasi agar tetap memakai suntikan.
(2) Tindakan medis
Untuk gejala depresi ringan sampai sedang dapat diberikan Vitamin B6 2-3 x 1tablet (10 mg) per hari sampai gejala depresi hilang, anjurkan untuk melakukan diet rendah garam sampai gejala depresi hilang.
Bila depresi menetap dan terus memberat hentikan pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi non hormonal (Depkes RI. 1990; h. 51).
k. Hematom
1) Gejala dan keluhan
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan bawah kulit.
2) Penyebab
Disebabkan oleh bekas suntikan
3) Penanggulangan dan pengobatan
a) Menjelaskan kepada calon akseptor mengenai kemungkinan yang dapat terjadi.
b) Kompres pada daerah yang membiru dengan kompres hangat sampai warna biru dan warna kuning menghilang ( Suratun, 2008)
l. Infeksi dan abses : diakibatkan pemakaian jarum suntik yang tidak steril.
1) Gejala dan keluhan
Rasa sakit dan bengkak didaerah suntikan. Bila terdapat abses teraba adanya benjolan yang nyeri didaerah suntikan dn adanya demam.
2) Penanggulangan dan pengobatan
Pemberian antibiotic jika terjadi abses : bila ada fluktuasi pada abses dapat dilakukan insisi abses. Setelah itu berikan tampon dan drain. Jangan lupa berikan antibiotik seperti pada perlukaan infeksi (ampicilin 500 mg x 1 tablet) (Suratun, 2008).